Jumat, 02 Januari 2015

Catatan "kader" Pecundang

Alhamdulillah, acara ini sudah selesai. Acara penyambutan untuk mereka yang berniat bergabung dalam barisan Dakwah ini. mereka datang dengan wajah yang penuh dengan ukiran senyum semangat. Luar biasa. Dan aku hanya berharap mereka istiqomah dalam barisan para Nabi ini.

Semangat para pejuang baru itu tak mampu mengembalikan semangatku. Aku sudah terlanjur muak dengan mereka. Aku sudah jenuh. Dan aku yang sudah tak respect sama mereka.  Mereka yang suci, bersih, dan alim. Mereka yang intelek, pintar, tapi sayang mereka terlalu munafik. Entah ini keegoisanku atau apa? Aku tidak tau.

Mereka yang katanya pejuang dakwah, tetapi selalu mendiskriminasikan seonggok orang yang berpakain jeans di sekre. Mereka beranggapan manusia yang bercelana jeans itu tidak ada apa-apanya dengan mereka yang bercelana bahan. Dan mereka beranggapan mereka yang bercelana bahan itu lebih suci. Aghr… aku muak dengan diskriminasi ini.  

Tak hanya itu, Mereka yang memimpin, tapi ketika bawahan minta tolong tak pernah direspons. hanya menjawab dengan satu kalimat yang memperlihatkan aslinya “akh ana lagi sibuk atau afwan, bisa ke yang lain dan bahkan dia menyatakan kalimat itukan tugas antum.” Mana ukhuwah yang selalu digembor-gemborkan itu? Apa ukhuwah itu Cuma ada disaat ketika senang saja ???
Mereka pejuang dakwah tapi tidak mau membantu bidang yang bukan dimana mereka diamanahkan. Ahhh…. Aku sudah muak dengan kepura-puraan ini.

Aku tak kuat memendam semuanya. Aku muak, lelah itu bukan karena dakwah, tetapi dengan mereka yang bersama dengan ku untuk berjuang dijalan ini. kepura-puraanku sudah diambang batas. Kini dan seminggu ini aku merasa sendiri dilingkaran tarbiyah ini. tak jarang ku berpikir kalau ukhuwah itu bulshit.

Aku hanya ingin melihat mereka yang ku kenal diawal dulu. Mampu menerima kekurangan dan kelebihan saudara seperjuangannya. Aku hanya ingin kembali merasakan adanya ruh dalam lingkaran itu. Aku hanya ingin merasakan itu. Tak lebih yang ku minta.

Aku memang seorang kader pengecut, bahkan lebih dari itu. Dan aku pun juga berpikir apa aku layak disebut seorang “kader” dakwah? Tidak. Itu sebuah jawaban yang pas. Aku sadar, hanya mampu mengkritik, meminta apa yang ku ingin kan. Tapi ku pun tak pernah berbuat yang lebih untuk dakwah ini.

Kisah dakwah dari mereka-mereka terdahulu tak kutemukan saat ini. ikhwan sekarang yang begitu kemayu, lembek, dan lelet. Kader yang tidak pernah on time. Bagaimana bisa jadi ushwah kalo menghargai waktu saja tidak bisa. Janji/iqob yang hanya sebatas janji, tak pernah sungguh-sungguh dipertahankan.

Dakwah yang stagnan dan malah dakwah yang hanya untuk kader saja. Kegiatan yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban saja. Terkadang aku jadi malu, ketika mengingat ikrar dakwah yang barusan diteriakan, dulu juga ku dendangkan di awal masuk. Dan juga terkadang merindukan ukhuwah yang benar ukhuwah.

Kalimat yang sempet menggetarkan hatiku itu sekarang terasa hambar ketika tadi sore di teriakan lagi. Tak ada semangat disana. Tak ada sama sekali. Kata itu hanya sebagai sebuah kalimat yang tak bermakna. Laksana buih dipantai yang tak ada arti Dan hari ini pun senyum yang ku buat hanya sekedar senyum palsu yang dipaksakan.



Aku hanya merindukan ukhuwah yang dulu. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Muncul Lagi

Hai Guys, Assalamualaikum. Kembali berjumpa dengan saya, Uda Ir yang sudah lama tidak pulang-pulang. Kemana dia? Fine, lupakan si ...