Alhamdulillah, acara ini sudah selesai. Acara
penyambutan untuk mereka yang berniat bergabung dalam barisan Dakwah ini.
mereka datang dengan wajah yang penuh dengan ukiran senyum semangat. Luar
biasa. Dan aku hanya berharap mereka istiqomah dalam barisan para Nabi ini.
Semangat para pejuang baru itu tak mampu
mengembalikan semangatku. Aku sudah terlanjur muak dengan mereka. Aku sudah
jenuh. Dan aku yang sudah tak respect sama mereka. Mereka yang suci, bersih, dan alim. Mereka
yang intelek, pintar, tapi sayang mereka terlalu munafik. Entah ini keegoisanku
atau apa? Aku tidak tau.
Mereka yang katanya pejuang dakwah, tetapi selalu
mendiskriminasikan seonggok orang yang berpakain jeans di sekre. Mereka
beranggapan manusia yang bercelana jeans itu tidak ada apa-apanya dengan mereka
yang bercelana bahan. Dan mereka beranggapan mereka yang bercelana bahan itu
lebih suci. Aghr… aku muak dengan diskriminasi ini.
Tak hanya itu, Mereka yang memimpin, tapi ketika
bawahan minta tolong tak pernah direspons. hanya menjawab dengan satu kalimat
yang memperlihatkan aslinya “akh ana lagi sibuk atau afwan, bisa ke yang lain
dan bahkan dia menyatakan kalimat itukan tugas antum.” Mana ukhuwah yang selalu
digembor-gemborkan itu? Apa ukhuwah itu Cuma ada disaat ketika senang saja ???
Mereka pejuang dakwah tapi tidak mau membantu bidang
yang bukan dimana mereka diamanahkan. Ahhh…. Aku sudah muak dengan
kepura-puraan ini.
Aku tak kuat memendam semuanya. Aku muak, lelah itu
bukan karena dakwah, tetapi dengan mereka yang bersama dengan ku untuk berjuang
dijalan ini. kepura-puraanku sudah diambang batas. Kini dan seminggu ini aku
merasa sendiri dilingkaran tarbiyah ini. tak jarang ku berpikir kalau ukhuwah
itu bulshit.
Aku hanya ingin melihat mereka yang ku kenal diawal
dulu. Mampu menerima kekurangan dan kelebihan saudara seperjuangannya. Aku
hanya ingin kembali merasakan adanya ruh dalam lingkaran itu. Aku hanya ingin
merasakan itu. Tak lebih yang ku minta.
Aku memang seorang kader pengecut, bahkan lebih dari
itu. Dan aku pun juga berpikir apa aku layak disebut seorang “kader” dakwah?
Tidak. Itu sebuah jawaban yang pas. Aku sadar, hanya mampu mengkritik, meminta
apa yang ku ingin kan. Tapi ku pun tak pernah berbuat yang lebih untuk dakwah
ini.
Kisah dakwah dari mereka-mereka terdahulu tak
kutemukan saat ini. ikhwan sekarang yang begitu kemayu, lembek, dan lelet.
Kader yang tidak pernah on time. Bagaimana bisa jadi ushwah kalo menghargai
waktu saja tidak bisa. Janji/iqob yang hanya sebatas janji, tak pernah
sungguh-sungguh dipertahankan.
Dakwah yang stagnan dan malah dakwah yang hanya
untuk kader saja. Kegiatan yang hanya sekedar untuk menggugurkan kewajiban
saja. Terkadang aku jadi malu, ketika mengingat ikrar dakwah yang barusan
diteriakan, dulu juga ku dendangkan di awal masuk. Dan juga terkadang
merindukan ukhuwah yang benar ukhuwah.
Kalimat yang sempet menggetarkan hatiku itu sekarang
terasa hambar ketika tadi sore di teriakan lagi. Tak ada semangat disana. Tak
ada sama sekali. Kata itu hanya sebagai sebuah kalimat yang tak bermakna.
Laksana buih dipantai yang tak ada arti Dan hari ini pun senyum yang ku buat
hanya sekedar senyum palsu yang dipaksakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar