MASALAH-MASALAH
SOSIAL DALAM NOVEL “MY SALWA MY PALESTINE”
The Social
Problems in “My Salwa My Palestine”
Irwanto
- 1135030125
Program
Sarjana Sastra Inggris UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Telepon:
081993917853, Pos-el: irwant26@gmail.com
Abstrak: Penelitian
ini memaparkan masalah-masalah sosial yang ada dalam novel My Salwa My Palestine karya Ibrahim Fawal (2007).
Masalah-masalah sosial yang ada dalam novel My
Salwa My Palestine tidak lepas dari apa yang terjadi di Palestina, yang
merupakan latar dari novel ini diciptakan. Masalah sosial dalam sebuah kajian
sastra merupakan bagian dari teori Sosiologi Sastra, yang memaparkan keadaan
masyarakat sekitar.Hasil yang ditemukan adalah ada tiga masalah sosial yang
diangkat dalam novel ini, yaitu: a) Tentang Percintaan, b) Tentang Masyarakat,
dan c) Tentang Politik. Ini semua mengambil dari awal kejadian kerusuhan yang
ada di Palestina.
Kata Kunci :
Sosiologi Sastra, Masalah Sosial
Abstract: The research is aimed
to explaining how the social problem in Ibrahim Fawal’s My Salwa My Palestine
(2007). The social problems in this novel related to what happening in
Palestine, that is background of the novel. Social Problems study is the part
of Sociology of Literature theory, that explaining about the situation around.
There are three social problems focus, are: a) About Love, b) About Society,
and c) about Politic. It is started from the beginning of war in Palestine.
Key
Word: Sociology of Literature, Social Problems
1. Pendahuluan
My Salwa My Palestine, merupakan sebuah novel
alih bahasa dari karya pertama Ibrahim Fawal dengan judul On the Hills of God yang dipublikasikan pada Mei 2007. Ibrahim
fawal merupakan seorang novelis yang berasal dari Ramallah, sebuah kota kecil
terletak di Palestina. Ia pindah ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan
pendidikannya, menerima gelar master dalam konsentrasi film dari UCLA, dan
meraih gelar Ph. D. dari Oxford University, yang memusatkan perhatiannya pada
penelitian mengenai kultur Arab melalui film karya Youssef Chahihe. Novel On the Hills of God atau My Salwa My Palestine meraih award
PEN-Oakland Award untuk kategori Excellence
in Literature dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Arab,
Jerman, dan Indonesia.
My Salwa My Palestine, menceritakan kisah
tentang seorang laki-laki yang bernama Yousif yang sedang diuji kesetiannya
pada Tuhan, tanah air, dan kemanusian.
My Salwa My Palestine merupakan sebuah novel
fiksi yang dibalut apik oleh Ibrahim Fawal dengan sejarah awal terjadinya
konflik antara Zionis dengan Palestina. Terkait dengan itu, hal ini menjadi
penting di analisis untuk mengetahui masalah-masalah sosial yang diangkat pada
novel ini dan juga tujuan apa yang diinginkan dalam novel ini. Lebih tepat
disebut dengan kajian Sosiologi Sastra.
Penelitian ini diharapkan
dapat menambah wawasan dalam sastra, memuaskan para penikmat sastra yang
tentunya tak akan pernah puas dengan satu hasil penelitian. Khususnya semoga
penelitian ini mampu membuka pintu hati kita untuk melihat masalah-masalah
sosial yang ada disekitar kita.
2. Kajian teori
Dalam
kajian sosiologi sastra, tentu terlebuh dahulu kita harus mengetahui apa yang
dimaksud kajian sosiologi sastra, dan apa saja yang dikaji didalamnya.
Endaswara (2008: 77) mengungkapkan
bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.
Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai
cermin kehidupan masyarakat. Diperkuat oleh Ratna (2015: 332) bahwa sosiologi
sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan
teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi dan bahkan
dianggap sebagai involusi.
Analisis strukturalisme dianggap
mengabaikan relevansi masyarakat yang justru merupakan asal usulnya (sastra).
Sama seperti yang ditegaskan oleh Elizabeth dan Tom (Endraswara, 2008: 79)
bahwa karya sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
Sosiologi sastra adalah penelitian yang
terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan
umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan,
dan intuisi (Endaswara, 2008: 79). Dari pendapat ini , tampak bahwa perjuangan
panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.
Menurut
Ratna (2011: 2) sosiologi sastra adalah sebuah pemahaman terhadap karya sastra
dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
Dengan
pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam
kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan menurut
Ratna (2015: 339) meliputi tiga macam, yaitu:
a. Menganalisis
masalah-masalah social yang terkandung didalam karya sastra itu sendiri,
kemuadian menghubungkannya dnegan kenyataan yang pernah terjadi, pada umumnya
disebut aspek ekstrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi.
b. Sama dengan diatas,
tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek
tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika.
c. Menganalisis karya dengan
tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu.
Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan karya sastra sebagai gejala
kedua.
Dari
tiga aspek ini, maka penulis mengambil satu fokus pokok penelitian, yaitu yang
terdapat pada point a.
3. Hasil dan
Pembahasan.
3.1
Ringkasan
My Salwa My Palestine
My
Salwa My Palestine,
menceritakan kisah tentang kesetian pada Tuhan, tanah air, dan kemanusiaan.
Kisah ini diawali pada musim panas bulan juni 1947. Yousif Safi (remaja 17
tahun), tokoh utama dalam novel ini terlahir dari keluarga yang sangat
harmonis, yaitu Dokter Jamil Safi dan Yasmin. Ia memiliki dua orang sahabat
yaitu Isaac dan Amin. Mereka bertiga hidup dalam penuh kedamaian sebagai
sahabat, meskipun mereka berasal dari latar agama yang berbeda. Yousif berasal
dari keturunan Nasrani, Isaac dari Yahudi, dan Amin dari keluarga Islam. Banyak
orang mengira bahwa persahabatan mereka akan abadi, tak akan pernah
terpisahkan. Namun anggapan tersebut hanya berlaku sampai Inggris yang saat itu
menguasai Palestina menyatakan mengundurkan diri dari Palestina, dan
menyerahkan Palestina ke PBB, dan juga menjanjikan sebuah tanah untuk Zionis
Yahudi.
Baru saja Inggris
mendeklarisakan diri untuk pergi dari Palestina beberapa bulan kedepan, Zionis
Yahudi sudah mulai menyatakan perang terhadap Palestina dengan tujuan merebut
semua tanah Palestina dan menjadikannya Negara Yahudi. Disini kebencian orang
arab (Nasrani dan Islam) muncul terhadap Yahudi, sehingga mengobrak-abrik
sampai mengusir Yahudi dari Ardallah, dan memisahkan persahabatan antara
Yousif, Amin, dengan Isaac. Isaac masuk dengan terpaksa kepada Zionis dan ikut
menyerang Palestina dan berujung kepada kematian. Selain mengisahkan tentang
perperangan, Ibrahim Fawal pun dalam novel ini menceritakan kisah perjuangan
cinta Yousif terhadap Salwa.
Para Zionis memakai
kekerasan-kekerasan yang diluar dugaan, mereka mem-bom, membunuh, mengusir. Dan
bahkan yang terjadi sebelum pembunuhan adalah wanita-wanita diperkosa, setelah
itu dicabik-cabik tubuhnya lalu kemudian dibunuh. Wanita hamil pun dibunuh
dengan cara merobek rahimnya, dan mencincang anak-anak mereka. Sebuah
kedzoliman yang tampak nyata.
Pada suatu pagi, radio,
Koran menyajikan berita tentang pembantaian penduduk yang ada di Dier Yasin,
itu membuat masyarakat kota Ardallah makin ketakutan. Mereka mencoba membentuk
tim untuk melindungi Ardallah dari zionis dengan cara membeli senjata. Mereka
meminta uang yang sudah dikumpulkan untuk pembangunan rumah sakit oleh Dokter
Safi untuk senjata tersebut, namun dokter safi tidak mau memberikannya. Setelah
begitu lama akhirnya Dokter Safi memberikannya.
Setelah senjata dibeli,
Basim membuka lowongan relawan untuk membantu dia menjaga Ardallah.
Diminggu-minggu awal Ardallah aman, namun tiba di buan purnama, kelompok Zionis
menyerang. Basim dan pasukannya mampu mengusir Zionis, namun itu menimbulkan
kedukaan bagi Yousif. Pada saat itu, ayah Yousif yang dating ke TKP untuk
menolong Basim yang terluka malah tertembak dan meninggal saat itu jua.
Setelah kematian dokter
safi, masalah baru muncul pada Yousif, yaitu Salwa perempuan yang dicintainya
akan segera menikah dengan laki-laki yang dipilihkan oleh ayah Salwa, dan ia
tidak bias terima begitu saja. Maka satu lagi perjuangan yang harus dilakukan
oleh Yousif, selain perjuangan untuk bangsanya, tanah air tapi juga perjuangan
cintanya.
3.2
Analisa
masalah-masalah sosial dalam karya My Salwa My Palestine
Didalam novel My
Salwa My Palestine terdapat beberapa masalah sosial yang diangkat
didalamnya, diantaranya:
3.2.1
Masalah
Cinta
Sudah menjadi hal yang
lumrah, ketika sebuah karya sastra dibumbui dengan tema percintaan. Namun,
percintaan disini tampak lain dari yang biasanya. Ibrahin Fawal menyajikan
kisah percintaan dengan hal yang
berbeda, yaitu berlatarkan pergejolakan dan juga disaat laki-laki (Yousif)
dibingungkan dengan problem yang ada di sekitarnya, dan tanah airnya.
Cinta Yousif kepada Salwa sudah terjadi sejak lama.
“Bagi Yousif, semua keramaian itu tak lengkap sampai ia
melihat Salwa Taweel datang dengan kedua orang tuanya yang tinggi dan tampan.
Dalam balutan busana kuningnya, gadis itu tampak seorang dewi. Yousif sudah
jatuh cinta semenjak gadis itu datang kerumahnya, hamper dua tahun silam.” (Hal.
15)
Dari kutipan ini bisa
dilihat bahwasanya cinta yang ada pada Yousif sudah ada sejak dua tahun silam,
mereka saling mencintai. Namun, harapan yang telah mereka pupuk secara
bersamaan hilang begitu saja ketika Yousif mendengar bahwa Salwa dijodohkan
dengan Adel Farhat oleh bapaknya.
“Adel Farhat meminangku,” bisiknya sambil terus menatap
Yousif. (Hal. 199)
Setelah proses meminang
terjadi, dan rencana pernikahan yang makin dekat, Yousif semakin mengalami
konflik sosial didalam batinnya. Dan Hari pernikahan tiba ia memncoba
mengagalkan pernikahan tersebut, dengan hasil pernikahan Salwa dan Adel gagal.
Pada awalnya orang tua Salwa marah, namun pada akhirnya ia mampu mengendalikan
nafsu dan memberikan ltimatum kepada Yousif untuk menikahi putrinya minggu
depan, dan jika tidak terjadi maka ia bersumpah tidak akan merestui Yousif
dengan Salwa. Ini semua bisa dilihat pada halaman 429 – 238.
“pernikahan ini harus dihentikan,” kata Yousif tampa
berfikir terlebih dulu. Suaranya lebih keras dari yang diduganya sendiri.
Hadirin berpaling untuk melihat siapa yang berbicara. Yousif memndengar mereka
terperanjat… berseru. “ (Hal. 429)
“Sebuah alasan sederhana,” jawab Yousif. Sekarang ia
bisa mengendalikan rasa gugupnya. “salwa mencintaiku dan aku mencintainya. Kami
sama-sama ingin menikah. Apa yang dia lakukan disini bertentangan dengan
keinginannya. Dengan harapannya.” (Hal. 430)
3.2.2
Masalah
Masyarakat
Dalam masalah masyarakat, ada beberaapa gejala yang
dimunculkan dalam novel ini, yaitu:
3.2.2.1
Masyarakat
yang arogan dan keras kepala.
Ini bisa dilihat ketika
perperangan mulai berkecamuk diwilayah luar Ardallah. Masyarakat Ardallah ingin
membeli senjata api dengan memakai uang yang telah dikumpulkan untuk
pembangunan Rumah Sakit oleh dokter Safi. Dokter safi tidak mau memberikan uang
tersebut, dengan beberapa alas an dan kebijakan. Namun saking keras kepalanya
masyrakat saat itiu, ia tidak mendengarkan apa yang disampaikan dokter Safi dan
berniat untuk memusuihinya.
“Masukan kembali dompetmu, Dokter, kami tak butuh
uangmu,” kata Ayoub Salameh, anggota dewan berkaki kayu itu, dengan suara
pelan. “Tapi tunggu sampai semua wanita di kota ini mengetuk pintu rumahmu, Aku
akan menyusun unjuk rasa melawanmu, jadi tolong kami oh Tuhan.”
Ayah Yousif tampak lelah, “Tak usah mengancam aku.”
“Dan jika itu pun tak berhasil,” lanjut Ayoub Salameh
dengan suara keras dan mata hitamnya yang kecil tak berkedip, “kami akan
menyeretmu kepengadilan dan melumuri namamu dengan lumpur.” (Hal. 315)
Selain itu tindakan
pengasingan pun didapatkan oleh keluarga Dokter Safi, yang pada akhirnya ia
menyerahkan uang rumah sakit tersebut.
3.2.2.2
Masyarakat
yang terlalu mudah menyampaikan dan menerima berita.
Apapun kejadian yang
terjadi, maka saat itu juga akan tersebar ke seantero kota. Contohnya terdapat
pada kejadian Yousif yang datang pada hari pernikahan Salwa dan mengacaukan
semuanya. Itu segera diketahui oleh ibunya sebelum Yousif kembali kerumah.
“Kabar tentang kelakuan Yousif yang mengejutkan sudah
tiba terlebih dahulu sebelum Yousif sampai ke rumah. Dari jalan dapat
dilihatnya banyak orang di ruang tamu.” (Hal. 439)
Ini memperlihatkan, bahwa
berita apapun di kota Ardallah mudah tersebar tanpa harus menunggu dari
sumbernya ataupun radio.
3.2.2.3
Masyarakat
yang selalu menjaga kehormatan wanita
Selain yang buruk, tentu
ada sisi baik masyrakat yang digambarkan dlaam novel ini. Salah satunya
masyrakat yang sangat menjaga kehormatan wanita.
“Si suami memeluk istrinya untuk melindunginya, “kalau
mereka harus diperiksa, wanita jugalah yang melakukannya. Tak ada lelaki yang
boleh menyentuhnya.” (Hal. 252)
Ini menunjukan mereka
sangat menjaga kehormatan wanita. Walaupun mereka berbeda agama, Nasrhani dan
Islam tapi dalam ajarannya menjaga wanita merupakan hal yang wajib dilakukan.
“… Tap tiba-tiba, dalam sekejap, sesuatu yang tak
pernah dilihat selama hidup Yousif, seratus lebih orang arab menerjang keenam
tentara itu, sampai Yousif hanya bisa melihat tumpukan orang-orang terlibat.
Yousif yakin tentara itu akan terkubur hidup-hidup.” (Hal. 253)
3.2.3
Masalah
Politik
Masalah sosial yang paling kental
dalam novel ini adalah masalah politiknya, yaitu perebutan tanah kekuasaan
antara rakyat Palestina dengan Zionis (Yahudi). Pokok permasalahannya adalah
ada pada Inggris, yang menjanjikan tanah suci itu kepada Zionis. Makanya ketika
inggris mendeklarasikan meninggalkan Palestina, para zionis langsung mulai
beraksi, itu semua karena Zionis mendapatkan dukungan yang luar biasa dari PBB,
terutama Amerika Serikat.
“PBB telah mengesahkan resolusi
terhadap pembagian Palestina.”
Orang-orang
tercekat seakan-akan ada orang yang memasang tali gantung keleher mereka.
“Kota suci Jerusalem dan sekitarnya,”penyiar itu meneruskan, “menjadi hak internasional. Mandat Inggris
akan berakhir dan Inggris akan pergi bulan agustus mendatang.”
“Gila!”
Yousif mendengar Salman berseru dibelakangnya.
“hasil pemungutan suara yang
mengejutkan telah keluar. Tiga puluh tiga anggota mendukung resolusi, tiga
belas menolak, dan sepuluh abstain. Diantara yang mendukung adalah Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Diantara yang abstain adalah Inggris Raya.”
(Hal. 89)
Kekacauan yang terjadi
tersebut, menimbulkan banyak kerusuhan dihati para rakyat Palestina, termasuk
Yousif. Dan rakyat yang tadinya tidak suka terhadap politik menjadi menyukai
politik.
Sikap yang telah diambil oleh
orang-orang Inggris dan PBB merupakan sikap yang salah, karena dengan itu
mereka menyulut api permusuhan antara Palestine dan Zionis Yahudi.
Ïngat hari
ini,” seru Basim, tangannya mengisyarakatkan agar orang-orang tenang, “sebagai
hari yang memalukan. Ingat 29 November 1947 sebagai hari ketika dunia
kehilangan akal sehatnya dan menuntut sebuah bencana. Ingatlah hari ini ketika
para pemimpin dunia bersama-sama terjun untuk bunuh diri.”(Hal. 91)”
Dan masih banyak kutipan-kutipan lainnya
yang menggambarkan bahwasanya masyarakat saat itu kembali ‘melek’terhadap
politik, terutama kabar-kabar mengenai negaranya, Palestina.
4. Kesimpulan
Berdasarkan
analisis diatas, dapat diketahui bahwasanya masalah sosial yang disajikan oleh
Ibrahim Fawal dalam novel ini sangatlah kompleks, mulai dari masalah
percintaan, masalah masyarakat itiu sendiri dan juga masalah utama yaitu
masalah politik.
Begitu
apiknya penulis menggambarkan kondisi yang terjadi di Palestina, dibalut dengan
tokoh-tokoh fiksinya. Tak heran jikalau pihak Washington Post mengangumi karya ini dengan mengatakan, “Ketika
halaman terakhir telah usai, pembaca akan memperoleh banyak hal untuk
direnungkan dan ditanggapi. Tak seorang pun bisa menyangkal bahwa ini sebuah
karya yang mengangumkan.”
5. Daftar Pustaka
Endaswara, Suwardi.
2008. Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: MedPress.
Fawal, Ibrahim. 2007. My Salwa My Palestine. Bandung: PT.
Mizan Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha.
2015. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha.
2011. Paradigma Sosiologi Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi
dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.