Sabtu, 02 April 2016

Masalah-masalah Sosial Dalam Novel "My Salwa My Palestine" Karya Ibrahim Fawal

MASALAH-MASALAH SOSIAL DALAM NOVEL “MY SALWA MY PALESTINE”
The Social Problems in “My Salwa My Palestine”
Irwanto - 1135030125
Program Sarjana Sastra Inggris UIN Sunan Gunung Djati Bandung,
Telepon: 081993917853, Pos-el: irwant26@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini memaparkan masalah-masalah sosial yang ada dalam novel My Salwa My Palestine karya Ibrahim Fawal (2007). Masalah-masalah sosial yang ada dalam novel My Salwa My Palestine tidak lepas dari apa yang terjadi di Palestina, yang merupakan latar dari novel ini diciptakan. Masalah sosial dalam sebuah kajian sastra merupakan bagian dari teori Sosiologi Sastra, yang memaparkan keadaan masyarakat sekitar.Hasil yang ditemukan adalah ada tiga masalah sosial yang diangkat dalam novel ini, yaitu: a) Tentang Percintaan, b) Tentang Masyarakat, dan c) Tentang Politik. Ini semua mengambil dari awal kejadian kerusuhan yang ada di Palestina.
Kata Kunci : Sosiologi Sastra, Masalah Sosial
Abstract: The research is aimed to explaining how the social problem in Ibrahim Fawal’s My Salwa My Palestine (2007). The social problems in this novel related to what happening in Palestine, that is background of the novel. Social Problems study is the part of Sociology of Literature theory, that explaining about the situation around. There are three social problems focus, are: a) About Love, b) About Society, and c) about Politic. It is started from the beginning of war in Palestine.
Key Word: Sociology of Literature, Social Problems
1.      Pendahuluan
My Salwa My Palestine, merupakan sebuah novel alih bahasa dari karya pertama Ibrahim Fawal dengan judul On the Hills of God yang dipublikasikan pada Mei 2007. Ibrahim fawal merupakan seorang novelis yang berasal dari Ramallah, sebuah kota kecil terletak di Palestina. Ia pindah ke Amerika Serikat untuk menyelesaikan pendidikannya, menerima gelar master dalam konsentrasi film dari UCLA, dan meraih gelar Ph. D. dari Oxford University, yang memusatkan perhatiannya pada penelitian mengenai kultur Arab melalui film karya Youssef Chahihe. Novel On the Hills of God atau My Salwa My Palestine meraih award PEN-Oakland Award untuk kategori Excellence in Literature dan telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk Arab, Jerman, dan Indonesia.
My Salwa My Palestine, menceritakan kisah tentang seorang laki-laki yang bernama Yousif yang sedang diuji kesetiannya pada Tuhan, tanah air, dan kemanusian.
My Salwa My Palestine merupakan sebuah novel fiksi yang dibalut apik oleh Ibrahim Fawal dengan sejarah awal terjadinya konflik antara Zionis dengan Palestina. Terkait dengan itu, hal ini menjadi penting di analisis untuk mengetahui masalah-masalah sosial yang diangkat pada novel ini dan juga tujuan apa yang diinginkan dalam novel ini. Lebih tepat disebut dengan kajian Sosiologi Sastra.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam sastra, memuaskan para penikmat sastra yang tentunya tak akan pernah puas dengan satu hasil penelitian. Khususnya semoga penelitian ini mampu membuka pintu hati kita untuk melihat masalah-masalah sosial yang ada disekitar kita.

2.      Kajian teori
Dalam kajian sosiologi sastra, tentu terlebuh dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud kajian sosiologi sastra, dan apa saja yang dikaji didalamnya.
Endaswara (2008: 77) mengungkapkan bahwa sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Diperkuat oleh Ratna (2015: 332) bahwa sosiologi sastra berkembang dengan pesat sejak penelitian-penelitian dengan memanfaatkan teori strukturalisme dianggap mengalami kemunduran, stagnasi dan bahkan dianggap sebagai involusi.
Analisis strukturalisme dianggap mengabaikan relevansi masyarakat yang justru merupakan asal usulnya (sastra). Sama seperti yang ditegaskan oleh Elizabeth dan Tom (Endraswara, 2008: 79) bahwa karya sastra sebagai manifestasi peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya.
Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisi (Endaswara, 2008: 79). Dari pendapat ini , tampak bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra.
Menurut Ratna (2011: 2) sosiologi sastra adalah sebuah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannya.
Dengan pertimbangan bahwa sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan menurut Ratna (2015: 339) meliputi tiga macam, yaitu:
a.      Menganalisis masalah-masalah social yang terkandung didalam karya sastra itu sendiri, kemuadian menghubungkannya dnegan kenyataan yang pernah terjadi, pada umumnya disebut aspek ekstrinsik, model hubungan yang terjadi disebut refleksi.
b.      Sama dengan diatas, tetapi dengan cara menemukan hubungan antarstruktur, bukan aspek-aspek tertentu, dengan model hubungan yang bersifat dialektika.
c.       Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh informasi tertentu, dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada umumnya menghasilkan karya sastra sebagai gejala kedua.
Dari tiga aspek ini, maka penulis mengambil satu fokus pokok penelitian, yaitu yang terdapat pada point a.
3.      Hasil dan Pembahasan.
3.1     Ringkasan My Salwa My Palestine
My Salwa My Palestine, menceritakan kisah tentang kesetian pada Tuhan, tanah air, dan kemanusiaan. Kisah ini diawali pada musim panas bulan juni 1947. Yousif Safi (remaja 17 tahun), tokoh utama dalam novel ini terlahir dari keluarga yang sangat harmonis, yaitu Dokter Jamil Safi dan Yasmin. Ia memiliki dua orang sahabat yaitu Isaac dan Amin. Mereka bertiga hidup dalam penuh kedamaian sebagai sahabat, meskipun mereka berasal dari latar agama yang berbeda. Yousif berasal dari keturunan Nasrani, Isaac dari Yahudi, dan Amin dari keluarga Islam. Banyak orang mengira bahwa persahabatan mereka akan abadi, tak akan pernah terpisahkan. Namun anggapan tersebut hanya berlaku sampai Inggris yang saat itu menguasai Palestina menyatakan mengundurkan diri dari Palestina, dan menyerahkan Palestina ke PBB, dan juga menjanjikan sebuah tanah untuk Zionis Yahudi.
Baru saja Inggris mendeklarisakan diri untuk pergi dari Palestina beberapa bulan kedepan, Zionis Yahudi sudah mulai menyatakan perang terhadap Palestina dengan tujuan merebut semua tanah Palestina dan menjadikannya Negara Yahudi. Disini kebencian orang arab (Nasrani dan Islam) muncul terhadap Yahudi, sehingga mengobrak-abrik sampai mengusir Yahudi dari Ardallah, dan memisahkan persahabatan antara Yousif, Amin, dengan Isaac. Isaac masuk dengan terpaksa kepada Zionis dan ikut menyerang Palestina dan berujung kepada kematian. Selain mengisahkan tentang perperangan, Ibrahim Fawal pun dalam novel ini menceritakan kisah perjuangan cinta Yousif terhadap Salwa.
Para Zionis memakai kekerasan-kekerasan yang diluar dugaan, mereka mem-bom, membunuh, mengusir. Dan bahkan yang terjadi sebelum pembunuhan adalah wanita-wanita diperkosa, setelah itu dicabik-cabik tubuhnya lalu kemudian dibunuh. Wanita hamil pun dibunuh dengan cara merobek rahimnya, dan mencincang anak-anak mereka. Sebuah kedzoliman yang tampak nyata.
Pada suatu pagi, radio, Koran menyajikan berita tentang pembantaian penduduk yang ada di Dier Yasin, itu membuat masyarakat kota Ardallah makin ketakutan. Mereka mencoba membentuk tim untuk melindungi Ardallah dari zionis dengan cara membeli senjata. Mereka meminta uang yang sudah dikumpulkan untuk pembangunan rumah sakit oleh Dokter Safi untuk senjata tersebut, namun dokter safi tidak mau memberikannya. Setelah begitu lama akhirnya Dokter Safi memberikannya.
Setelah senjata dibeli, Basim membuka lowongan relawan untuk membantu dia menjaga Ardallah. Diminggu-minggu awal Ardallah aman, namun tiba di buan purnama, kelompok Zionis menyerang. Basim dan pasukannya mampu mengusir Zionis, namun itu menimbulkan kedukaan bagi Yousif. Pada saat itu, ayah Yousif yang dating ke TKP untuk menolong Basim yang terluka malah tertembak dan meninggal saat itu jua.
Setelah kematian dokter safi, masalah baru muncul pada Yousif, yaitu Salwa perempuan yang dicintainya akan segera menikah dengan laki-laki yang dipilihkan oleh ayah Salwa, dan ia tidak bias terima begitu saja. Maka satu lagi perjuangan yang harus dilakukan oleh Yousif, selain perjuangan untuk bangsanya, tanah air tapi juga perjuangan cintanya.

3.2     Analisa masalah-masalah sosial  dalam karya My Salwa My Palestine
Didalam novel My Salwa My Palestine terdapat beberapa masalah sosial yang diangkat didalamnya, diantaranya:
3.2.1        Masalah Cinta
Sudah menjadi hal yang lumrah, ketika sebuah karya sastra dibumbui dengan tema percintaan. Namun, percintaan disini tampak lain dari yang biasanya. Ibrahin Fawal menyajikan kisah percintaan dengan hal  yang berbeda, yaitu berlatarkan pergejolakan dan juga disaat laki-laki (Yousif) dibingungkan dengan problem yang ada di sekitarnya, dan tanah airnya.
Cinta Yousif kepada Salwa sudah terjadi sejak lama.

“Bagi Yousif, semua keramaian itu tak lengkap sampai ia melihat Salwa Taweel datang dengan kedua orang tuanya yang tinggi dan tampan. Dalam balutan busana kuningnya, gadis itu tampak seorang dewi. Yousif sudah jatuh cinta semenjak gadis itu datang kerumahnya, hamper dua tahun silam.” (Hal. 15)
Dari kutipan ini bisa dilihat bahwasanya cinta yang ada pada Yousif sudah ada sejak dua tahun silam, mereka saling mencintai. Namun, harapan yang telah mereka pupuk secara bersamaan hilang begitu saja ketika Yousif mendengar bahwa Salwa dijodohkan dengan Adel Farhat oleh bapaknya.

“Adel Farhat meminangku,” bisiknya sambil terus menatap Yousif. (Hal. 199)

Setelah proses meminang terjadi, dan rencana pernikahan yang makin dekat, Yousif semakin mengalami konflik sosial didalam batinnya. Dan Hari pernikahan tiba ia memncoba mengagalkan pernikahan tersebut, dengan hasil pernikahan Salwa dan Adel gagal. Pada awalnya orang tua Salwa marah, namun pada akhirnya ia mampu mengendalikan nafsu dan memberikan ltimatum kepada Yousif untuk menikahi putrinya minggu depan, dan jika tidak terjadi maka ia bersumpah tidak akan merestui Yousif dengan Salwa. Ini semua bisa dilihat pada halaman 429 – 238.

“pernikahan ini harus dihentikan,” kata Yousif tampa berfikir terlebih dulu. Suaranya lebih keras dari yang diduganya sendiri. Hadirin berpaling untuk melihat siapa yang berbicara. Yousif memndengar mereka terperanjat… berseru. “ (Hal. 429)

“Sebuah alasan sederhana,” jawab Yousif. Sekarang ia bisa mengendalikan rasa gugupnya. “salwa mencintaiku dan aku mencintainya. Kami sama-sama ingin menikah. Apa yang dia lakukan disini bertentangan dengan keinginannya. Dengan harapannya.” (Hal. 430)

3.2.2        Masalah Masyarakat
Dalam masalah masyarakat, ada beberaapa gejala yang dimunculkan dalam novel ini, yaitu:
3.2.2.1              Masyarakat yang arogan dan keras kepala.
Ini bisa dilihat ketika perperangan mulai berkecamuk diwilayah luar Ardallah. Masyarakat Ardallah ingin membeli senjata api dengan memakai uang yang telah dikumpulkan untuk pembangunan Rumah Sakit oleh dokter Safi. Dokter safi tidak mau memberikan uang tersebut, dengan beberapa alas an dan kebijakan. Namun saking keras kepalanya masyrakat saat itiu, ia tidak mendengarkan apa yang disampaikan dokter Safi dan berniat untuk memusuihinya.

“Masukan kembali dompetmu, Dokter, kami tak butuh uangmu,” kata Ayoub Salameh, anggota dewan berkaki kayu itu, dengan suara pelan. “Tapi tunggu sampai semua wanita di kota ini mengetuk pintu rumahmu, Aku akan menyusun unjuk rasa melawanmu, jadi tolong kami oh Tuhan.”
Ayah Yousif tampak lelah, “Tak usah mengancam aku.”
“Dan jika itu pun tak berhasil,” lanjut Ayoub Salameh dengan suara keras dan mata hitamnya yang kecil tak berkedip, “kami akan menyeretmu kepengadilan dan melumuri namamu dengan lumpur.” (Hal. 315)

Selain itu tindakan pengasingan pun didapatkan oleh keluarga Dokter Safi, yang pada akhirnya ia menyerahkan uang rumah sakit tersebut.

3.2.2.2              Masyarakat yang terlalu mudah menyampaikan dan menerima berita.
Apapun kejadian yang terjadi, maka saat itu juga akan tersebar ke seantero kota. Contohnya terdapat pada kejadian Yousif yang datang pada hari pernikahan Salwa dan mengacaukan semuanya. Itu segera diketahui oleh ibunya sebelum Yousif kembali kerumah.

“Kabar tentang kelakuan Yousif yang mengejutkan sudah tiba terlebih dahulu sebelum Yousif sampai ke rumah. Dari jalan dapat dilihatnya banyak orang di ruang tamu.” (Hal. 439)

Ini memperlihatkan, bahwa berita apapun di kota Ardallah mudah tersebar tanpa harus menunggu dari sumbernya ataupun radio.

3.2.2.3              Masyarakat yang selalu menjaga kehormatan wanita
Selain yang buruk, tentu ada sisi baik masyrakat yang digambarkan dlaam novel ini. Salah satunya masyrakat yang sangat menjaga kehormatan wanita.

“Si suami memeluk istrinya untuk melindunginya, “kalau mereka harus diperiksa, wanita jugalah yang melakukannya. Tak ada lelaki yang boleh menyentuhnya.” (Hal. 252)

Ini menunjukan mereka sangat menjaga kehormatan wanita. Walaupun mereka berbeda agama, Nasrhani dan Islam tapi dalam ajarannya menjaga wanita merupakan hal yang wajib dilakukan.

“… Tap tiba-tiba, dalam sekejap, sesuatu yang tak pernah dilihat selama hidup Yousif, seratus lebih orang arab menerjang keenam tentara itu, sampai Yousif hanya bisa melihat tumpukan orang-orang terlibat. Yousif yakin tentara itu akan terkubur hidup-hidup.” (Hal. 253)

3.2.3        Masalah Politik
Masalah sosial yang paling kental dalam novel ini adalah masalah politiknya, yaitu perebutan tanah kekuasaan antara rakyat Palestina dengan Zionis (Yahudi). Pokok permasalahannya adalah ada pada Inggris, yang menjanjikan tanah suci itu kepada Zionis. Makanya ketika inggris mendeklarasikan meninggalkan Palestina, para zionis langsung mulai beraksi, itu semua karena Zionis mendapatkan dukungan yang luar biasa dari PBB, terutama Amerika Serikat.

“PBB telah mengesahkan resolusi terhadap pembagian Palestina.”
Orang-orang tercekat seakan-akan ada orang yang memasang tali gantung keleher mereka.
“Kota suci Jerusalem dan sekitarnya,”penyiar itu meneruskan, “menjadi hak internasional. Mandat Inggris akan berakhir dan Inggris akan pergi bulan agustus mendatang.”
“Gila!” Yousif mendengar Salman berseru dibelakangnya.
“hasil pemungutan suara yang mengejutkan telah keluar. Tiga puluh tiga anggota mendukung resolusi, tiga belas menolak, dan sepuluh abstain. Diantara yang mendukung adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet. Diantara yang abstain adalah Inggris Raya.”
(Hal. 89)
Kekacauan yang terjadi tersebut, menimbulkan banyak kerusuhan dihati para rakyat Palestina, termasuk Yousif. Dan rakyat yang tadinya tidak suka terhadap politik menjadi menyukai politik.
Sikap yang telah diambil oleh orang-orang Inggris dan PBB merupakan sikap yang salah, karena dengan itu mereka menyulut api permusuhan antara Palestine dan Zionis Yahudi.
Ïngat hari ini,” seru Basim, tangannya mengisyarakatkan agar orang-orang tenang, “sebagai hari yang memalukan. Ingat 29 November 1947 sebagai hari ketika dunia kehilangan akal sehatnya dan menuntut sebuah bencana. Ingatlah hari ini ketika para pemimpin dunia bersama-sama terjun untuk bunuh diri.”(Hal. 91)”
     Dan masih banyak kutipan-kutipan lainnya yang menggambarkan bahwasanya masyarakat saat itu kembali ‘melek’terhadap politik, terutama kabar-kabar mengenai negaranya, Palestina.
4.      Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas, dapat diketahui bahwasanya masalah sosial yang disajikan oleh Ibrahim Fawal dalam novel ini sangatlah kompleks, mulai dari masalah percintaan, masalah masyarakat itiu sendiri dan juga masalah utama yaitu masalah politik.
Begitu apiknya penulis menggambarkan kondisi yang terjadi di Palestina, dibalut dengan tokoh-tokoh fiksinya. Tak heran jikalau pihak Washington Post mengangumi karya ini dengan mengatakan, “Ketika halaman terakhir telah usai, pembaca akan memperoleh banyak hal untuk direnungkan dan ditanggapi. Tak seorang pun bisa menyangkal bahwa ini sebuah karya yang mengangumkan.”

5.      Daftar Pustaka
Endaswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: MedPress.
Fawal, Ibrahim. 2007. My Salwa My Palestine. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi Aksara.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Muncul Lagi

Hai Guys, Assalamualaikum. Kembali berjumpa dengan saya, Uda Ir yang sudah lama tidak pulang-pulang. Kemana dia? Fine, lupakan si ...