Oleh: Perindu Ukhuwah
Aku percaya, kau
memahami apa arti ukhuwah.
Karena, melihat
dari bacaanmu saja tak mungkin rasanya kau melewatkan membaca tentang satu kata
itu, “Ukhuwah.”
Percayaku, tak
hanya sekedar praduga, namun tertampak nyata. Senantiasa dalam beberapa
pembicaraanmu kau sebut kata tersebut, “Ukhuwah.”
Layaklah diriku
bertanya pada mu seperti apakah “ukhuwah” itu?
Apakah ukhuwah
itu;
Ketika kau lapar
dan kau ajak aku berbicara atau sekedar menegur sebagai prolognya agar aku
mengizinkan makanan yang ku punya untuk kau makan? Sementara, diluar kau lapar sepatah
kata pun tak kau ucapkan demi berbicara dengan ku.
Apakah ukhuwah
itu;
Kau menghilang
disaat kau memiliki makanan, dan keluar kembali setelah makanan itu habis atau
tak mampu kau habiskan, lalu kau tawarkan kepadaku sisanya? Sungguh, dengan
bodohnya aku, tetap ku terima makanan sisamu.
Maafkan aku,
jika aku bertanya tentang ukhuwah dan memberi permisalan dengan makanan. Tampak
seperti ukhuwah itu seperti ukhuwah para anjing. Maafkan aku kawan, “Ukhuwah.”
Baiklah. Ku coba
bertanya tentang ukhuwah ini dengan misal yang lebih lembut, semoga kau tak
tersakiti.
Apakah ukhuwah
itu;
Kau biarkan aku
makin dalam terpuruk kedalam kemaksiatan, kau mengetahuinya, dan tak ada niat
sama sekali untuk bernasehat dengan ku? Jika ia, maka aku sudah masuk kedalam
kandang yang salah.
Apakah ukhuwah
itu;
Kau beribadah
kepada rabb mu, shalat wajib tepat waktu lagi dimasjid, sementara kau melihat
teman mu masih terlelap tidur, dank au biarkan begitu saja? Jika ia, maka “lagi”
aku masuk kedalam kandang yang salah.
Kawan, seperti
inikah ukhuwah yang kau maksud?
Kawan, ukhuwah
itu tidak hanya sekedar manis dilisan, kau bilang cinta karena Allah, hati
telah bersatu karena-Nya, tapi kau biarkan saudara mu makin terpuruk dalam
lembah ke-alfa-an.
Jika boleh aku
mengartikan, maka ukhuwah itu tidak hanya sekedar manis dibibir, namun
ingatanmu terhadap saudaramu dalam do’a dan juga kau menjadi alarm bagi
saudaramu, disaat ia mulai melangkah kejalur yang salah.
Untuk itu,
selalu ingatkan aku jika mulai salah, kembali luruskan paradigmaku tentang
ukhuwah yang tidak hanya manis dibibir namun kesat dalam perbuatan, atau bahkan
“ukhuwahnya para anjing,” hanya sebatas makanan.
Maafkan aku,
kawan.
Karena aku tidak
ingin ukhuwah itu seperti yang sudah termaksud dalam pikiranku.
Bandung, 10
Januari 2017
Siang bolong, 13:20
Di lingkungan
yang “katanya” ada ukhuwah.