Kak… Aku ingin ibu
(Surat Cinta dari Aleppo)
Oleh : Irwanto
Kak… aku dengar hari ini, 22 Desember dinegaramu
sedang merayakan hari ibu. Setiap orang mengucapkan “Selamat Hari Ibu” dengan
bunga di tangan kanan dan kado lainnya untuk ibunya.
Hari ini, kakak memberikan bakti terbaik untuk ibu
kakak, diabadikan dengan kamera super canggih dan diposting di media sosial
dengan caption “I Love Ibu” “Ibu tersayang” “quality time with mother” dan jutaan
caption lainnya tentang ibu.
Aku bahagia melihat mu kak, kau masih sangat
menyayangi ibumu. Kau anak yang berbakti kak. Sungguh aku bahagia dan juga iri.
Pernahkah kau bertanya kenapa aku iri melihat
kebahagiaanmu hari ini kak? Sungguh, aku sangat iri? Bahkan saking irinya, aku
sampai menangis.
Ingin sekali melakukan apa yang kau lakukan untuk
ibumu dihari ini. Membawakan ibu bunga, membuatkan ibu secangkir cokelat panas
dipagi 22 desember ini, menjadikan ibu raja, dan mengabadikan seluruh
kebahagiaan yang berlangsung dengan kamera. Serta ikut memamerkannya dimedia
massa.
Sungguh, ingin sekali kak aku melakukannya.
Namun, apa dayaku. Aku sekarang ditengah-tengah kota
ini seorang diri, tanpa sanak dan saudara. Aku saat ini dalam ketakutan, takut
tentara-tentara itu datang dan menembakiku seperti yang ia lakukan kepada
bapak.
Dalam ketakutan, rindu bersama ibu pun muncul. Ibu
yang setiap pagi membangunkan ku untuk sholat, menyediakan sarapan,
mempersiapkan diriku untuk kesekolah dan semuanya tentang sehari-hari ibu.
Tapi itu hanya tinggal sebuah kenangan. Ibu tidak akan
kembali lagi, dia sudah bersama Tuhan disurga setelah ia dibunuh oleh mereka
kak. Kau tau kak,,, sebelum mereka membunuh ibu, mereka memperkosa ibu, menikmati
tubuh ibu dengan kasar. Setelah hawa nafsu mereka terpenuhi maka dentuman keras
terdengar oleh ku dari balik bebatuan. Ibu ditembak, dan Ibu sudah pergi.
Kak… aku ingin ibu kak…
Kak… Kota ini semakin suram sejak ibu pergi. Pandanganku
semakin dingin. Hatiku bertambah sedih, saat melihat kakak-kakak dinegaramu saat ini banyak yang menelantarkan ibunya. Tak merawat ibunya, atau ia sibuk dengan
urusannya bersama teman-teman yang tidak penting. Sangat menyayat hati.
Beruntunglah kau kak, masih memiliki ibu dan
memberikan bakti kepadanya. Meski bakti itu baru kau tunjukan di 22 desember
ini, tapi tidak apa.
Dan, aku titip pesan buat teman-temanmu atau adik-adik
yang ada di negeramu. Jika mereka tidak lagi membutuhkan seorang ibu, tak lagi
merawat ibunya karena sudah terlalu tua, maka minta saja mereka mengirimkan
ibunya untuk ku dan untuk anak-anak sebaya ku disini.
Karena, aku ingin ibu… Kak.
kami ingin ibu... Kak.